Jumat, 11 September 2015

Biografi WAYANG TOPENG MALANG



Sungguhpun grup-grup Wayang Topeng tersebar di banyak tempat, tetapi tidak semua grup mampu berkegiatan secara aktif, khususnya pada dekade tahun 1970-an. Terlebih lagi yang mampu mempertahankan diri sampai sekarang.


1. Wayang Topeng di daerah Jabung

Jabung adalah sebuah desa yang terletak di sebelah timur jalan raya Malang Singasari. Tepatnya daerah ini di kaki Gunung Manggung pad aketinggian antara 500-600 meter di atas permukaan laut. Dari Singosari ke Jabung kurang lebih 12 km. Jika dari Kota Malang kurang lebih 19 km.
Keberadaan grup Wayang Topeng di Jabung di atas tahun 60-an sangat tergantung pada kemampuan Pak Kangsen. Beliaulah yang menyambung sejarah Wayang Topeng yang pernah hidup pada masa Pak Rusman, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kek (Kik) Tir (anak), sebab anak beliau bernama Tirtonoto.
Wayang Topeng Jabung pada masa Pak Rusman berlangsung antara tahun 1915 sampai dengan tahun 1958, setelah Pak Rusman meninggal kepengurusan Wayang Topeng di Jabung dipegang oleh Pak Kangsen. Beliau sebagai dalang, sedang penanggung jawab tari dipegang oleh Pak Samoed dan Pak Tirtonoto. Pak Samoed meninggal dunia tahun 1974 berikutnya disusul Pak Tirtonoto dan yang terakhir Pak Kangsen pun meninggal dunia.
Sepeninggalnya tokoh-tokoh topeng di Jabung tersebut maka berakhirlah sejarah grup Wayang Topeng di sana. Topengnya satu kotak dijual ke Bali, pakaiannya dijual pada tukang loak. Ada beberapa jamang dan 1 badong (probo) sempat ditemukan oleh Moch Soleh AP (cucu Pak Rusman) dari tukang loak yang secara kebetulan menjajakan barang tersebut di Tumpang.


2. Wayang Topeng di Daerah Kedungmonggo – Pakisaji

Kedungmonggo sebuah pedukuhan termasuk wilayah kelurahan Karangpandan. Daerah ini terletak disebelah selatan kota Malang kurang lebih 10 km dari pusat kota. Untuk sampai ke Kedungmonggo melewati jalan raya Malang – Blitar, turun di pertigaan Bendo, kemudian jalan kaki ke barat kurang lebih 1 km. Daerah ini terletak pada ketinggian antara 100-200 meter di atas permukaan air laut.
Di desa yang terpencil itu terdapat grup Wayang Topeng yang bernama: Asmarabangun, yang langsung diimpin oleh Karimoen bersama putranya; Taslah Harsono. Pak Karimoen mempelajari seni pertunjukan topeng dari ayahnya bernama: Kiman sekitar tahun 1932.


3. Wayang Topeng didaerah Glagahdawa

Desa Glagahdawa, terletak antara Candi Jayago (Jago) dan Candi Kidal, daerah ini termasuk wilayah Kawedanan Tumpang. Daerah tersebut merupakan daerah pertanian (agraris) yang subur.
Adapun grup Wayang Topeng di Glagahdawa yang terkenal dengan ana Sri Marga Utama, perkembangannya tidak terlepas dari grup Wayang Topeng sebelumnya yatu periode Wayang Topeng Pucangsanga atau Jabung dari generasi pak Rusman. Sebelum Pak Tirtonoto meninggal Wayang Topeng di daerah timur mengalami perkembangan yang pesat, hingga muncul grup Wayang Topeng Jabung. Kemudian disusul daerah lain seperti Kedungmangga dan Jatiguwi. Sementara itu di Glagahdawa hanya terdapat penari Potrojoyo yaitu rakim. Dari padanya mampu memengaruhi semangat tokoh-tokoh yang lain yaitu pak Rasimun yang terkenal sebagai pemeran Gunungsari. Selain sebagai penari beliau juga mampu membuat topeng (pengrajin).
Pada tahun 1939, Pak Rasimun menjadi penari Wayang Topeng yang dipimin oleh pak T
irtonoto dan pak rasimun. Semasa pak Tirtonoto masih hidu, sehingga sebelum beliau meninggal. Pak Rasimun diwasiati untuk melanjutkan mengembangkan Wayang Topeng. Beberapa waktu kemudian Pak Rasimun bertemu dengan Moch. Soleh AP (keponakan Pak Tirtonoto) dan pesan Pak Tir tersebut disampaikan. Rupanya kedua orang itu memahami dan lahirlah kembali Wayang Topeng Glagahdawa dengan nama: Sri Marga Utama.

1 komentar: